Sebuah spanduk besar terpampang di stadion Kanjuruhan Malang ketika Aremania menyambut kedatangan Nirwan Dermawan Bakrie (NDB) di stadion tersebut. Kedatangan adik dari Aburizal Bakrie yang juga pemilik Arema Cronous ini untuk meninjau latihan para pemain Arema Cronous, selain juga untuk mendampingi sang kakak yang saat itu sedang berkampanye untuk partai Golkar. Spanduk bertuliskan “Welcome NDB the Founding Father” ini tak pelak menimbulkan polemik dan kontroversi, bahkan di kalangan Aremania (suporter Arema) sendiri. Kata “the Founding Father” inilah yang mereka persoalkan.
Beberapa Aremania beralasan, NDB masuk kategori “Founding Father” karena kontribusinya dalam membantu Arema semenjak berdiri pertama kali di tahun 1987. Namun, beberapa Aremania yang lain menolak alasan tersebut. Jika hanya sekedar membantu, maka banyak tokoh dan warga masyarakat yang juga bisa dianggap “founding father”. Ada Tinton Suprapto, Edi seorang pengusaha besi asal Malang, hingga pemkot Malang yang saat itu turut mengguyurkan dana.
Dalam sejarahnya, yang layak disebut founding father Arema hanya 4 orang saja. Yakni Acub Zaenal, putranya Lucky, Dirk “Derek” Sutrisno dan Ovan Tobing. Dari keempat orang “founding father” ini, tiga yang pertama yang paling besar peranannya dalam membidani berdirinya Arema. Sementara Ovan Tobing, yang saat itu menjabat humas Persema, hanya sebatas membantu mencarikan pemain.
Acub Zaenal, orang pertama yang menggagas berdirinya Arema. Gagasan sang Jendral muncul ketika dirinya diundang Ovan Tobing untuk menyaksikan pertandingan Persema melawan Perseden Denpasar. Melihat penonon membludak, Acub yang kala itu menjadi Administratur Galatama lantas mencetuskan keinginan mendirikan klub galatama. Acub lantas meminta putranya Lucky untuk menemui Ovan Tobing terkait keinginan ayahnya yang ingin membentuk klub sepakbola galatama di Malang. Oleh Ovan Tobing, Lucky kemudian diajak menemui Dirk “Derek” Sutrisno, pemilik klub lokal Armada 86 yang ketika itu sedang mengalami kesulitan finansial. Oleh Dirk, usulan membentuk klub galatama ditanggapi dengan antusias. Dirk lantas mempersiapkan para pemain Armada 86 untuk ikut berkompetisi di Galatama edisi VIII, dengan nama klub Arema 86. Sayangnya, akibat masalah finansial yang semakin parah, Dirk tak kuasa mempertahankan klubnya tersebut dan Arema 86 pun terseok-seok dalam mengarungi kompetisi Galatama.
Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akte notaris Pramu Haryono SH–almarhum–No 58.
Hingga saat itu, belum nampak peranan NDB di Arema. Jika ada yang menyebutkan bahwa NDB pernah memberikan bantuan Rp. 61 juta ke Acub Zaenal saat pendirian Arema, hal ini sulit ditelusuri. Tangan NDB (baca: Bakrie) masuk ke Arema sesungguhnya dimulai pada tahun 2009. Ketika itu, Arema Malang nyaris bubar. Pemilik Arema Malang saat itu, PT. Bentoel tiba-tiba menarik diri. Arema pun kelimpungan. Satu-persatu orang Bentoel di Arema mulai mengundurkan diri. Berbagai skenario penyelamatan dicoba, salah satunya adalah menjajaki merger dengan saudaranya, Persema Malang. Belakangan rencana merger ini buyar di tengah jalan karena Aremania tidak menyetujuinya. Arema pun terancam tak bisa mengikuti kompetisi Liga Indonesia 2009/2010.
Ditengah ancaman bubar tersebut, dewa penolong Arema pun muncul, yang tak lain dan tak bukan adalah Bakrie bersaudara. Gelontoran dana 4,5 milyar dari Ijen Nirwana (perusahaan developer perumahan milik NDB) akhirnya menyelamatkan Arema dari ambang kebangkrutan. Dari sinilah lantas muncul hegemoni kepemilikan Bakrie atas Arema, hingga kemudian diresmikan lewat akuisisi resmi pada tahun 2012 kemarin. Dengan berbagai fakta diatas, NDB sesungguhnya hanya berperan sebagai investor saja, karena NDB tidak pernah turut andil dalam kelahiran Arema.
Maka, ketika muncul spanduk besar bertuliskan NDB sebagai founding father, banyak Aremania lama yang kemudian mempertanyakan maksud spanduk tersebut. Sejak kapan seorang investor layak disebut founding father?